Site icon TAJDID.ID

Lima Karakter ‘Aisyiyah Menurut Siti Noordjannah Djohantini

Ketua Umum PP 'Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini

TAJDID.ID || Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan ada lima karakter ‘Aisyiyah yang penting dipahami oleh segenap pengurus dan anggota.

Pertama, ‘Aisyiyah kuat di tingkat basis. Artinya, ‘Aisyiyah adalah sebuah organisasi yang kuat di tingkat akar rumput, kuat ditingkat kumunitas,.

“Jadi bagi yang ‘Aisyiyahnya kurang aktif maka kita dekati dengan berbagai program seperti MAMPU ‘Aisyiyah yang sudah dilaksanakan di Mamuju,” ujarnya saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Musypimwil II ‘Aisiyah Sulawesi Barat (Sulbar) pada Kamis (9/1/2020)

Menurut Noordjannah, di dalam keputusan tanwir ‘Aisyiyah mempunyai harapan lebih dinamis, berbagai program kerjasama seperti MAMPU ‘Aisyiyah dapat mendorong ‘Aisyiyah agar bergerak di bawah yakni dari ranting dan kemudian menghidupkan ‘Aisyiyah.

“Pimpinan Pusat Aisyiyah bermitra dari beberapa pihak, sebab ‘Aisyiyah tidak bisa bekerja dengan sendiri-sendiri. Oleh karena itu gerakan ‘Aisyiyah ini adalah gerakan yang harus hidup dan menghidupi di tingkat bawah, dengan melalui pengajian, kegiatan sosial dan lain sebagainya,” jelasnya.

Kedua,  ‘Aisyiyah adalah Gerakan Islam Berkemajuan. Dijelaskannya, Gerakan Islam Berkemajuan ini mengembang misi Islam, nilai-nilai dasar ajaran Islam, di mana nilai-nilai itu sesuai paham Muhammadiyah.

“Maka sekiranya pimpinan ‘Aisyiyah atau anggotanya yang tidak menggunakan paham itu perlu dikembalikan menjadi sebuah kekuatan besar yakni irfani, burhani dan bayani,” sebutnya.

Ketiga,  ‘Aisyiyah adalah Gerakan Perempuan Berkemajuan. Terkait hal ini, Noordjannah menyampaikan bahkan pada tahun 1977 saja para senior ‘Aisyiyah itu pandangannya sudah sangat maju.

“Di awal persyarikatan kaum ibu-ibunya sudah bersama membicarakan banyak hal, dan salah satunya yang menjadi menjadi inisiator kongres perempuan pertama Indonesia pada tahun 1928 yang berkumpul bersama kaum pria berbicara tentang Indonesia yang akan datang merebut kemerdekaan, kemudian dari perkumpulan itulah yang sekarang dikenal dengan peringatan hari ibu,” paparnya.

Berkaitan dengan peringatan Hari Ibu tersebut Noordjannah meminta agar para peserta tidak melupakan sejarah dan mengajak agar kedepannya dapat memperingati Hari Ibu dengan memperingati perjuangan perempuan Indonesia.

“Kadang-kadang kita ini melupakan sejarah sendiri yang sudah kita lakukan, jadi kalau besok ada peringatan hari ibu maka peringatilah bagaimana sejarah Aisyiyah ikut berjuang dalam kemerdekaan, melalui pendidikan, taman kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, yang kemarin kita peringati usianya yang ke 100 tahun,” ujar Noordjhanah.

Keempat, ‘Aisyiyah adalah Gerakan Amal Usaha. Ia mengatakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah mempunyai kekuatan dan diperhitungkan karena punya amal usaha.

“Itu hebatnya Muhammadiyah, jadi kalau ingin mengembangkan dan menambah amal usaha, itu ciri dari ‘Aisyiyah,” sebutnya. (*)

 

Exit mobile version