Site icon TAJDID.ID

Apa itu Buzzer dan Influencer?

TAJDID.ID || Belakangan ini ruang publik heboh oleh polemik tentang keberadaan buzzer yang dinilai telah membikin ribut kehidupan politik dan demokrasi di republik ini.

Oleh banyak kalangan, sepak terjang para buzzer di dunia maya akhir-akhir ini dianggap sangat meresahkan, karena ada indikasi keberadaan mereka memang sengaja “diternak” dan “dibayar” oleh pihak-pihak tertentu tujuan tujuan negatif dan destruktif.

Awalnya, buzzer adalah istilah yang dikenal secara khas dalam dunia digital marketing. Selain buzzer ada istilah lain yang secara fungsional hampir sama, yakni influencer. Keberadaan buzzer dan infulencer sangat dibutuhkan oleh sebuah brand. Buzzer dan influencer muncul dari teknik pemasaran yang disebut buzz marketing dan influencer marketing.

Dan belakangan, kedua istilah tersebut, terutama buzzer, lebih popular dalam dunia politic-marketing. Banyak para politisi yang memanfaatkan jasa para buzzer untuk kepentingan mereka.

Sekilas, antara buzzer dan influencer itu fungsinya hampir sama, itulah mengapa banyak orang yang masih kesulitan untuk membedakan antara buzzer dan influencer.
Lantas, apa perbedaan antara buzzer dan influencer? Berikut adalah penjelasannya.

Asal Istilah
Dari akar katanya, buzzer berasal dari kata buzz yang berarti berdengung, dengungan, desas desus, atau rumor. Sesuai dengan definisi tersebut, seorang buzzer memang bertugas untuk menyampaikan serangkaian atau sebagian informasi secara berulang-ulang dengan tujuan untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Buzzer berasal dari Bahasa inggris yang mempunyai arti lonceng, bel atau alarm. Pengertian buzzer secara harfiah diartikan sebagai alat yang di manfaatkan dalam memberikan pengumuman atau mengumumkan sesuatu untuk mengumpulkan orang-orang pada suatu tempat.

Sementara influencer berasal dari kata influence yang berarti mempengaruhi. Dengan demikian, influencer berarti orang yang dapat memberikan pengaruh, khususnya mampu menggiring opini audiens. Berbeda dengan buzzer, seorang influencer perlu mendapatkan kepercayaan dan memiliki skill khusus untuk bisa meyakinkan pengikutnya.

Kuantitas Followers
Dilihat dari jumlah followers, seorang buzzer tidak harus memiliki banyak followers. Dengan kata lain, buzzer bukanlah seseorang yang terkenal ataupun publik figur. Buzzer seringkali tidak sendirian dalam menjalankan tugasnya, mereka bekerja dalam sebuah tim yang biasanya terdiri hingga belasan orang.

Sementara influencer biasanya memiliki jumlah followers yang cukup banyak, mulai dari ribuan sampai dengan jutaan. Jadi tidak mengherankan jika seorang influencer juga biasanya merupakan seorang publik figur. Tidak seperti buzzer, influencer bekerja seorang diri melalui akun media sosial pribadinya.

Cara Kerja
Buzzer bekerja dengan cara memberikan informasi atau mempromosikan sesuatu berkali-kali agar menjadi viral atau trending, sehingga ramai diperbincangkan oleh banyak orang. Buzzer juga sering mengelola lebih dari satu akun media sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Inilah mengapa buzzer lebih cocok digunakan untuk meningkatkan brand awareness.

Gambaran kinerja buzzer juga kita bisa melihat di media, satu orang memegang puluhan bahkan ratusan handphone/smartphone. Satu postingan sekali share bisa untuk ratusan akun.

Dalam konteks politik, biasanya jasa buzzer banyak dimanfaatkan untuk melakukan kampanye pada tahun-tahun politik, . Akibat dari efeknya yang amat sangat efektif dan massif sehingga  banyak politisi yang sukses karena didukung oleh pasukan buzzer ini.

Sementara influencer lebih mengutamakan sosok seseorang yang memiliki karakter sesuai kebutuhan brand dan dapat memberikan pengaruh kepada target konsumen, sehingga influencer lebih cocok digunakan jika suatu brand ingin meningkatkan konversi.

Tidak seperti buzzer, influencer tidak melakukan promosi berkali-kali, melainkan hanya sekali atau dua kali saja. Namun, konten yang dihasilkan biasanya lebih mendetail, misalnya menjelaskan kelebihan suatu produk, tutorial penggunaan produk, ataupun alasan mengapa pengikutnya harus membeli produk tersebut.

Engagement rate atau tingkat keterlibatan audiens pada buzzer biasanya lebih rendah daripada influencer. Dengan pola penyebaran informasi yang berulang-ulang, audiens cenderung menghindari para buzzer ini. Namun demikian, bukan berarti audiens tersebut kehilangan rasa ketertarikannya terhadap sesuatu yang dipromosikan. Audiens mungkin akan melakukan riset untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dibicarakan oleh buzzer.

Sementara tingkat keterlibatan pada influencer biasanya jauh lebih tinggi karena pola komunikasi yang lebih personal. Kemampuan seperti inilah yang biasanya dibutuhkan oleh suatu brand untuk menghasilkan konversi yang lebih tinggi.

Indikator Keberhasilan
Buzzer dianggap berhasil jika mampu membuat suatu topik atau produk tertentu menjadi trending atau viral, sehingga menarik perhatian dan dibicarakan banyak orang. Sementara influencer dianggap berhasil jika produk yang dipromosikan menghasilkan konversi yang tinggi.

Dilihat dari indikator keberhasilan, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Fokus utama dari buzzer adalah menjangkau lebih banyak orang, sementara fokus dari influencer adalah mengajak pengikutnya untuk melakukan sesuatu (biasanya pembelian produk atau berlangganan).

Tarif
Soal bayaran, biasanya para buzzer dan influencer mempunyai rate harga masing masing. Semakin banyak followernya atau bisa juga influence , engagement dan klout nya bagus bisa semakin mahal harganya .
Siapa aja bisa jadi buzzer mulai dari artis , akun publik , selebtwit , akun pribadi atau mungkin aktivis juga bisa jadi buzzer dan infulencer.(*)


Artikel ini disarikan dari pelbagai sumber.

Exit mobile version