Site icon TAJDID.ID

Lelaki Tua, Anak Muda dan Segenggam Garam

RTM Dampier Salt: Dampier Operations Unwashed salt Unwashed salt in a crystallizer at Dampier, prior to harvesting.Dampier operations is located close to the town of Karratha, on the northern coast of Western Australia. In operation since 1972, Dampier now produces 4 million tonnes of salt per year, largely for use in the chemicals industry. The operation covers an area of 10,000 hectares, and employs 103 staff.

Syahdan. Dahulu kala hiduplah seorang lelaki tua yang terkenal shaleh dan bijak. Disuatu pagi yang dingin datanglah seorang pemuda yang tengah dirundung masalah, dengan langkah gontai dengan rambut kusut masai, ia tampak seperti orang yang tak mengenal bahagia.

Tanpa membuang waktu ia ungkapkan semua keresahannya, impiannya yang gagal, karir, cinta, dan hidupnya yang tidak pernah berakhir bahagia. Bapak tua yang bijak itu hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama tanpa berkata apa-apa. Anehnya, ia hanya mengambil segenggam garam dan memasukkannya kedalam segelas air lalu mengaduknya, lalu ia berkata:“Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya”

Lantas anak muda itupun meminum air yang diberi garam oleh bapak tua tadi “…..aahhhh cuihh….cuiihh asin sekali cuih….pahit pak” jawab pemuda tersebut. Pak tua itu hanya tersenyum lalu mengajak tamunya berjalan ketepi telaga yang ada di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.

Setalah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, ahirnya sampailah mereka di tepi telaga yang tenang, masih dengan mata yang tenang dan penuh dengan cinta orang tua yang bijak itu menaburkan segenggam garam kedalam telaga dengan sepotong kayu diaduknya air telaga yang membuat gelombang dan riak kecil, setelah air telaga tenang ia pun berkata:” Anak muda, coba kamu cicipi air telaga tersebut dan minumlah”

Saat anak muda itu selesai meneguk air telaga, pak tua berkata lagi“Bagaimana rasanya ???”.

“….mmmm ini baru segar sekali rasa airnya, pak tua….” jawab lelaki tersebut.

“Dan apakah kamu masih merasakan garam didalam air tersebut?,” tanya pak tua.

” Hmm…..sepertinya tidak, sedikitputidak rasa asin,jawab si anak muda”, jawab sang anak muda.

Mendengar hal itu dengan bijak pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh ditepi telaga dan berkata:

“ Anak muda, pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam tidak lebih dan tidak kurang, jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama, tapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki, kepahitan itu selalu berasal dari bagaimana kita meletakkan segalanya, dan itu tergantung pada hati kita.Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup hanya ada satu hal yang boleh kita lakukan, lapangkanlah dada untuk menerima semuanya, luaskan hati untuk menampung semua kepahitan tersebut, luaskan wadah pergaulan supaya kita mempunyai pandangan hidup yang luas. Maka kita akan banyak belajar dari keleluasaan tersebut. Hati adalah wadah itu, perasaan adalah tempat itu, jadi jangan jadikan hati seperti gelas….buatlah laksana telaga yang mampu meredam semua kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagian”

Keduanya lalu beranjak pulang, mereka sama-sama belajar dari hati, dan pak tua si orang tua bijak tersebut kembali menyimpan segenggam garam untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa. (*)

Exit mobile version