TAJDID.ID-Malang || Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah hadir tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi Muhamamdiyah hadir untuk mencerdaskan, umat, bangsa dan kemanusiaan semesta.
Penegasan tersebut disampaikannya saat menghadiri Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Senin (2/9) di Dome UMM.
Dijelaskannya, Muhammadiyah lahir, tumbuh dan berkembang baik di negeri tercinta, dan bahkan sekarang sudah meluas ke 27 negara.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, dari rahim Muhammadiyah lahir para pahlawan nasional yang memiliki peran besar dalam memajukan, bahkan dalam masa perjuangan ikut berjuang untuk kemerdekaan Negara Indonesia.
Karenanya, kata Haedar, kita harus bisa belajar dari tokoh-tokoh bangsa. Yang intinya adalah mereka anak-anak muda awal yang cerdas dan tercerahkan kemudian hadir menjadi tokoh bangsa yang membawa peradaban pencerahan itu untuk kemerdekaan dan membangun Indonesia.
Dalam ceramahnya dihadapan 7.000 mahasiswa baru UMM, Haedar menyampaikan tiga pesan.
Pertama, jadikan kampus sebagai tempat untuk menempa diri dengan kekuatan karakter al-akhlak al -karimah.
“Jadilah anak-anak bangsa dan generasi umat yang berkarakter mulia. Orang-orang sukses, orang-orang yang diukir peran sejarahnya dalam perjalanan peradaban bangsa adalah orang-orang yang punya karakter jujur, terpercaya, kuat kemauan, dan berperilaku mulia,” ujarnya.
Kedua, Muhammadiyah menanamkan nilai-nilai dan tradisi iqro’ bagi generasinya termasuk di kampus-kampus Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM).
Dijelaskannya, ayat pertama, surat pertama, dan wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT lewat Nabi Muhammad SAW bukan tentang sholat, zakat, puasa.
“Tetapi iqro. Iqro bukan hanya sekadar tradisi membaca, namun juga tradisi mewujudkan ulul albab, yang mana kekuatan berfikirnya bersinergi dengan kekuatan berdzikirnya,” sebutnya.
Ketiga, jadilah orang-orang yang punya kekuatan untuk bersungguh-sungguh, kerja keras dan dalam hidup selalu beramal kebajikan.
“Setinggi-tingi anda berilmu, ilmu itu tidak akan ada maknanya ketika tidak diamalkan. Ilmu tidak mengajarkan orang berada di Menara Gading,” tegasnya.
Lihatlah tokoh-tokoh bangsa kita, kata Haedar, betapapun ilmunya tinggi tetapi mereka berkhidmat untuk umat, untuk bangsa, bahkan tanpa perlu menjadi seperti orang-orang yang selalu demam pangung.
“Hidup tokoh-tokoh yang lahir dari rahim Muhammadiyah selalu bersahaja. Karena di dalam dirinya ada jiwa yang membentuk untuk beramal kebajikan buah dari ilmu dan kekuatan iman yang mencerahkan,” tutur Haedar.
Terakhir, Haedar menyampaikan bahwa Negeri ini akan menyambut era emas atau satu abad Indonesia. Bagi Haedar, generasi emas harus lahir satu diantaranya adalah orang-orang yang mau berkhidmat memajukan, mencerdaskan, dan mencerahkan bangsanya tanpa pamrih. (*)
Sumber: muhammadiyah.or.id