TAJDID.ID-Medan || Dalam rangka mempeingati HUT Kemerdekaan RI ke-74, Pusat Kajian Studi Konstitusi (PKSK) dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar Diskusi Terarah dengan tajuk “Muhammadiyah dan Kemerdekaan Indonesia”.
Acara yang diadakan di Rumah Pohon Café, Ahad (18/8) ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof Dr Hasyimsyah Nasution MA (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumut), Drs. Sohibul Anshor Siregar MSi (Pengamat social dan Dosen FISIP UMSU) dan Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak (Mantan Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah).
Kegitan ini dibuka oleh Wakil Dekan I FH UMSU Faisal SH MHum yang juga Ketua Majelis Hukum dan HAM PW Muhammadiyah Sumut.
Dalam paparannya, Prof Hasyimsyah menyampaikan bahwa tokoh-tokoh Muhammadiyah selalu hadir dalam pergulatan dan pembangunan Indonesia, dari sebelum kemerdekaan sampai saat ini.
“Gagasan dan pemikiran tokoh Muhammadiyah sebagai salah satu sumber Konstitusi RI,” ujarnya.
Perlu dicatat, kata Hasyimsyah, selain KH Ahmada Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah ada banyak lagi tokoh muhammadiyah seperti Ki bagus hadikusumo, Ir. Djuanda, Kasman dan lainnya. Ir. Djuanda misalnya sebagai salah satu pembentuk NKRI dengan gagasannya mengatur wilayah perairan/laut dari NKRI hingga sekarang dikenal dengan “Deklarasi Djuanda”. Kemudian Ki Bagus Hadikusumo sebagai salahsatu tokoh Muhammadiyah yang hadir pada sidang BPUPKI dan bahkan sidang PPKI yang bertugas menetapkan Konstitusi RI yakni UUD 1945.
Sementara itu Dahnil Anzar Simanjuntak menyampaikan, bahwa kita perlu menghidupkan kembali tradisi-tradisi dialog, karena dengan tradisi itu akan menghasilkan pemikiran-pemikiran dan gagasan yang berkemajuan untuk kepentingan bangsa dan negara.
Dia menegaskan, konstitusi dan dasar negara kita sudah final, jadi baiknya kita berhenti bicara soal radikalisme dan lain-lain.
“Baiknya kita bicara soal gerakan untuk membangun sesuai dengan Konstitusi untuk kesejahteraan agar terwujudnya cita-cita kemerdekaan itu sendiri,” katanya.
Kepada kader-kader Muhammadiyah yang hari ini sudah masuk kedalam partai politik, ia berharap supaya membawa nilai-nilai kemuhammdiyahan itu ke partai politiknya masing-masing, bukan malah sebaliknya.
Adapun Shohibul Anshor Siregar dalam presentasinya mengutip pidato Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945 yang menyampaikan jikalau umat Islam ingin membentuk peraturan dengan nilai-nilai keislaman maka pilihlah perwakilan-perwakilan umat islam sebanyaknya, begitu pula dengan kristen dan agama lain.
Menurut Ketua Lembaga Hikmah dan Kajian Publik PW Muhammadiyah Sumut ini, hal tersebut mengisyaratkan kita untuk tidak gerah akan politik identitas yang hari ini ramai dibicarakan, padahal bung karno sendiri mengajarkan itu.
“Umat dan generasi selanjutnya harus berfikir untuk dapat memberikan gagasan dalam membangun dengan prinsip keadilan. Keadilan dalam mensejahterakan,” katanya. (*)