• Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan
Jumat, Juni 13, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Prof Siti Baroroh Baried, Guru Besar Perempuan Pertama di Indonesia

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2019/08/16
in 'Aisyiyah, Muhammadiyah, Tokoh Nasional
1
Prof Siti Baroroh Baried, Guru Besar Perempuan Pertama di Indonesia
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

TAJDID.ID || Pada 27 Oktober 1964 dunia pendidikan nasional gempar. Seorang perempuan diangkat menjadi Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Nama perempuan itua adalah Siti Baroroh Baried.

Sungguh pengangkatan ini amat istimewa. Ia mencetak sejarah sebagai guru besar perempuan pertama, bahkan pada usia yang masih 39 tahun. Fakta ini dipertegas Adaby Darban dalam artikel “Lintasan Sejarah Kauman Jogjakarta” (2015), Siti Baroroh Baried adalah profesor perempuan pertama di Indonesia.

Siti Baroroh Baried tidak cuma dikenal sebagai aktivis perempuan, tapi ia juga dikenal sebagai seorang pakar bahasa. Selama dua periode, 1965-1968 dan 1968-1971, ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra UGM, serta Ketua Jurusan Asia Barat Fakultas Sastra UGM periode 1963-1975. Ia juga turut mengelola penerbitan Majalah Suara ‘Aisyiyah.

Banyak karya Siti Baroroh terkait pembelajaran mengenai filologi, ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah; sebut saja Bahasa Arab dan Perkembangan Bahasa Indonesia (1970), Bahasa Indonesia sebagai Infrastruktur Pembangunan (1980), Panji: Citra Pahlawan Nusantara (1980), Pengantar Teori Filologi (1985), Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia (1985), Kedatangan Islam dan Penyebarannya di Indonesia (1989), dan masih banyak lainnya.

Dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Mei 1925, Siti Baroroh masih berkerabat dekat dengan Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan. Ayahnya, H. Tamim bin Dja’far, adalah keponakan dari istri pendiri Muhammadiyah itu.

Kemudian ia mencantumkan nama depan suaminya, Baried Ishom, seorang dokter spesialis bedah yang pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Selain Nyai Ahmad Dahlan, Siti Baroroh Baried barangkali merupakan salah satu sosok wanita paling berpengaruh dalam sejarah panjang Muhammadiyah dan tentu saja ‘Aisyiyah. Abd. Rohim Ghazali dalam tulisan di kolom Geotimes.co.id (2016) dengan judul “Kartini-Kartini Muhammadiyah” bahkan menyebut Siti Baroroh sebagai tokoh perempuan Muhammadiyah yang tergolong langka.

Salah satunya seperti yang telah dikatakan oleh Norma Sari, bahwa Siti Baroroh pernah masuk jajaran pimpinan Muhammadiyah. Dan teramat jarang kala itu seorang wanita bisa menembus level terhomat tersebut, bahkan hingga kini.

Menurut Mu’arif, peneliti sejarah sekaligus Redaktur Eksekutif Majalah Suara Muhammadiyah,  Siti Baroroh Baried masuk ke jajaran pemimpin PP Muhammadiyah pada era Muhammad Yunus Anis (1959-1962). Siti Baroroh bukan terpilih dalam muktamar, melainkan masuk melalui jalur tambahan, seperti halnya Noordjannah Djohantini dalam kepengurusan PP Muhammadiyah periode 2015-2020. (sumber: tirto.id)

Di kalangan ‘Aisyiyah yang merupakan organisasi sayap perempuan Muhammadiyah, nama Siti Baroroh Baried memang telah melegenda. Ia adalah Ketua Umum PP ‘Aisyiyah terlama yang menjabat dalam 5 periode secara beruntun, yakni 1965-1968, 1968-1971, 1971-1974, 1974-1977, dan 1978-1981.

Selain aktif di ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah, Siti Baroroh Baried juga pernah masuk dalam kepengurusan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Kader ‘Aisyiyah Sejati
Sebagai putri asli Kauman, Siti Baroroh Baried merupakan kader ‘Aisyiyah sejati. Ia merintis perannya di organisasi perempuan yang bergerak di bidang keagamaan dan kemasyarakatan ini dari jenjang paling bawah hingga menempati posisi tertinggi sebagai ketua umum.

Dalam masa yang cukup panjang itu, Siti Baroroh Baried berandil besar dalam membangun ‘Aisyiyah. Tak cuma lama menjabat sebagai ketua umum, ia juga memperkenalkan organisasi otonom bagi wanita Muhammadiyah yang berdiri sejak 19 Mei 1917 ini ke seantero dunia.

Siti Baroroh selalu membawa nama ‘Aisyiyah ke forum-forum global sekaligus menjalin relasi dengan badan-badan internasional macam UNICEF, UNESCO,WHO, The Asia Foundation, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, dan masih banyak yang lainnya. Sebelum menjadi ketua umum, ia pernah menjabat sebagai Ketua Biro Hubungan Luar Negeri di ‘Aisyiyah.

Sebagai lulusan Universitas Al Azhar Mesir, jaringan Siti Baroroh memang luas. Ia kerap diundang ke berbagai acara internasional, dan ini menjadi ajang yang efektif untuk memperkenalkan ‘Aisyiyah. Salah satunya dalam seminar di Havard University, Amerika Serikat, di mana Siti Baroroh menyampaikan materi “Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesian” (Suara ʻAisyiyah, Volume 76, 1999: 9).

Atas perannya, ‘Aisyiyah memiliki posisi tawar di luar negeri . Tidak sedikit peneliti maupun akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dunia yang tertarik mempelajari tentang ‘Aisyiyah berkat kampanye internasional yang dimotori oleh Siti Baroroh Baried.

Keputusan Siti Baroroh Baried kuliah di Universitas Al Azhar Mesir, setelah lulus dari Fakultas Sastra UGM dan Universitas Indonesia (UI) pada 1952, tentunya bukan tanpa alasan. Ini adalah wujud perjuangan sekaligus pembuktiannya dalam hal emansipasi wanita. Untuk diketahui, kala itu sangat langka perempuan bisa sekolah di luar negeri, dan Siti Baroroh ternyata sanggup membuktikannya.

Siti Baroroh Baried yakin, sebelum Kartini, sebetulnya sudah ditemukan “kesadaran individual” perempuan Indonesia akan betapa pentingnya emansipasi wanita atau pembelaan terhadap perempuan. Ini diungkapkan Siti Baroroh melalui tulisannya berjudul “Islam dan Modernisasi Wanita” yang terangkum dalam buku Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara suntingan Taufik Abdullah (1988: 147).

Bentuk emansipasi wanita Indonesia pra Kartini, lanjut Siti Baroroh, dibuktikan dengan adanya usaha untuk mengangkat derajat kaum perempuan sebelum memasuki abad ke-20. Siti Baroroh mencontohkan peran Siti Aisyah W. Tanriolle, seorang ratu dari Ternate yang sudah mendirikan sekolah pada 1856 untuk anak-anak perempuan.

Maka, perjuangan yang ditekuni Siti Baroroh Baried pun tidak jauh-jauh dari persoalan ini. Selain gigih memperjuangkan hak-hak perempuan, ia juga mencurahkan perhatian penuh untuk mengangkat harkat dan martabat kaumnya melalui pendidikan, bahkan sejak usia sedini mungkin.

Selama masa kepemimpinannya di ‘Aisyiyah, Siti Baroroh banyak melakukan pengembangan pendidikan pra sekolah yaitu Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) maupun sekolah-sekolah kejuruan kebidanan dan keperawatan.

Dan berkat rintisan Siti Baroroh dan para pendahulunya, ‘Aisyiyah saat ini memiliki berbagai amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, juga pemberdayaan masyarakat. Di sektor pendidikan saja, ‘Aisyiyah kini mengelola lebih dari 4.560 amal usaha, dari kelompok bermain, pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah kejuruan, bahkan sekolah tinggi.

Akan tetapi, emansipasi wanita bagi Siti Baroroh Baried tidak semata-mata usaha untuk menyamakan derajat, bahkan melampaui, kaum lelaki. Siti Baroroh memang memperjuangkan hak-hak perempuan, tapi tetap berjalan pada jalur yang benar sesuai tuntutan agama Islam.

Dikutip dari buku Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan (2004) karya Amelia Fauzia, bagi Siti Baroroh, seorang perempuan bisa diterima untuk memiliki karier di luar rumah. Hanya saja, pada saat yang sama ia juga harus tetap memperhatikan tertib perilaku yang selama ini diasosiasikan dengan kodrat dasar perempuan, khususnya sebagai istri yang menangani urusan internal rumah tangga (hlm. 99).

Selain itu, lanjut Siti Baroroh, perempuan yang bekerja di luar rumah perlu batasan-batasan tertentu sehingga tidak keluar dari kodratnya sebagai perempuan dan posisinya sebagai istri, seperti antara lain harus seizin suami, tidak sampai menelantarkan pendidikan dan perhatian untuk anak-anaknya, dan lain sebagainya.

Maka, setinggi dan sebesar apapun pencapaian yang diraih Siti Baroroh dalam karier, ia tetap menjalani peran sebagai istri dan ibu dengan sebaik-baiknya. Melalui ‘Aisyiyah, ia terus mengkampanyekan edukasi tentang emansipasi wanita yang terkadang kerap dianggap kebablasan.

Siti Baroroh Baried tetap berteguh bersama ‘Aisyiyah hingga akhir hayat. Saat masih menjabat sebagai penasihat PP ‘Aisyiyah sekaligus Pemimpin Umum Majalah Suara ‘Aisyiyah, perempuan langka yang lahir dari rahim Muhammadiyah ini wafat pada 9 Mei 1999 dalam usia 74. (*)


Artikel ini disarikan dari pelbagai sumber.

Tags: Aisyiyahguru besarSiti Baroroh Baried
Previous Post

Ketua PP 'Aisyiyah 1965-1985 Prof Baroroh Baried Terima "Bintang Budaya Parama Dharma"

Next Post

Performa UMSU Makin Meningkat, Ranking 75 Tingkat Nasional dan PTS Terbaik di Sumut

Related Posts

Salmah Orbayyinah: Perkuat dan Sinergi untuk Meningkatkan Kebermanfaatan bagi Masyarakat

Salmah Orbayyinah: Perkuat dan Sinergi untuk Meningkatkan Kebermanfaatan bagi Masyarakat

16 Januari 2025
114
Praktik Baik Dakwah ‘Aisyiyah Bukti Nyata Kontribusi Perempuan untuk Indonesia Berkeadilan

Praktik Baik Dakwah ‘Aisyiyah Bukti Nyata Kontribusi Perempuan untuk Indonesia Berkeadilan

30 Desember 2024
117
Gelar Musyran Serentak, 3 PRA di Bumiayu Brebes Hasilkan 3 Nakhoda Baru

Gelar Musyran Serentak, 3 PRA di Bumiayu Brebes Hasilkan 3 Nakhoda Baru

24 Oktober 2023
190
PRA Se-Cabang Jetis Bantul Resmi Dikukuhkan

PRA Se-Cabang Jetis Bantul Resmi Dikukuhkan

16 Oktober 2023
148
Rakernas LLHPB ‘Aisyiyah Dorong Ketahanan Keluarga terhadap Perubahan Iklim dan Bencana

Rakernas LLHPB ‘Aisyiyah Dorong Ketahanan Keluarga terhadap Perubahan Iklim dan Bencana

25 Juli 2023
217
Ibu-ibu Aisyiyah Peserta Rakernas LLHPB Silaturahmi dengan Buya Anwar

Ibu-ibu Aisyiyah Peserta Rakernas LLHPB Silaturahmi dengan Buya Anwar

23 Juli 2023
239
Next Post
Performa UMSU Makin Meningkat, Ranking 75 Tingkat Nasional dan PTS Terbaik di Sumut

Performa UMSU Makin Meningkat, Ranking 75 Tingkat Nasional dan PTS Terbaik di Sumut

Comments 1

  1. Idi Amin says:
    6 tahun ago

    Msh ada yg menjual buku2 ibu Prof?

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In