TAJDID.ID-Medan || Pelbagai persoalan bangsa masih menjadi ancaman serius dalam menuju Indonesia yang maju dengan masyarakat yang cerdas dan sejahtera. Sejalan dengan tujuan pendiri bangsa bahwa kita ingin memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka apa yang terjadi saat ini masih jauh dari yang dicita-citakan para pendiri bangsa.
Demikian dikatakan Ketua Korwil Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM) Sumatera Utara, Sahlan Marpaung, ketika diminta pendapatnya tentang 74 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Kekayaan negara dan pengelolaan sumber dayanya masih dikuasai dan dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat,” ujar Sahlan di Medan, Jum’at (16/8/2019)
Sahlan melihat, ada segelintir kelompok masyarakat dengan kepemilikan harta kekayaan yang jumlahnya sangat luar biasa, sementara di sisi lain dalam jumlah terbesar masih banyak rakyat yang dipusingkan dengan persoalan bagaimana kebutuhan sandang, pangan dan papan bisa dipenuhi, belum lagi soal kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Menurutnya, situasi semacam ini sesungguhnya tidak boleh dibiarkan. Artinya, harus dilakukan upaya-upaya nyata dengan mengeluarkan regulasi yang berpihak kepada rakyat kecil,
“Selama ini rakyat kecil sering dikalahkan oleh situasi yang dihadapinya, karena regulasi belum benarbenar berpihak kepada mereka,” sebutnya.
Sebagai contoh, kata Sahlan, dalam hubungan pekerja dan penguasaha misalnya, masih sering hak hak pekerja terabaikan dan posisi mereka tidak cukup kuat jika berhadapan dengan kepentingan pengusaha. Standar hidup layak seperti UMK/UMP misalnya juga belum benar-benar diukur berdasarkan kebutuhan ril satu rumah tangga dengan 2 orang anak, begitu juga dengan kriteria keluarga miskin yang kita tetapkan sangat jauh di bawah jika diukur dari hidup yang normal.
Kemudian, selain persoalan ekonomi di atas, hal lain yang cukup mengganggu kehidupan berbangsa kita saat ini adalah, belum mampunya pemerintah menumbuhkan perasaan satu bangsa dan satu nasib di semua komponen anak bangsa. Pemerintah dianggap belum mampu menegakkan rasa keadilan terwujud di tengah-tengah upaya penegakan hukum.
“Akibatnya, sesama anak bangsa terus terlibat saling hujat yang menunjukkan bahwa ada rasa kebencian yang tertanam dalam diri masing masing dari kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain,” jelasnya.
Yang lebih tragis lagi, lanjut Sahlan, masyarakat kecil menjerit, menangis nyaris tidak ada perlindungan apalagi peningkatan kesejahteraan bagi mereka dan ini terus berlangsung dan entah kapan berakhir. Hal itu dikarenakan regulasi yang ada dalam berbagai aspek kehidupan yang di keluarkan tak berpihak kepada rakyat kecil.
Melihat begitu banyaknya persoalan yang melilit bangsa ini, Sahlan meminta para elit politik dan elit bangsa agar bersatu untuk mengatasinya.
“Harus ada upaya untuk menunjukkan bahwa kita semua adalah satu keluarga besar yang harus hidup rukun satu dengan yang lainnya, jangan sibuk dan terus ribut hanya karena urusan kursi dan posisi yang harus didapat,” tandasnya.
Jika situasi ini terus berlangsung, Sahlan khawatir kehidupan berbangsa dan bernegara akan berjalan dengan sikap saling curiga, saling benci dan bisa merusak persatuan dan kekeluargaan yang telah dicontohkan dan diwariskan oleh pendahulu kita yang telah berkorban segalanya untuk berdirinya negara Indonesia Merdeka.
Terakhir, Sahlan juga berpesan agar para wakil rakyar terpilih 2019-2024 nantinya benar-benar serius berjuang untuk pembuatan regulasi-regulasi yang berpihak kepada kepentingan rakyat kecil, mulai dari level daerah sampai level pusat. (*)