TAJDID.ID-Medan || Pemerhati sosial politik FISIP UMSU Shohibul Anshor Siregar meminta dengan hormat Prof Dr Mahfud MD memberhentikan sayembara yang digelarnya. Sebab sayembara itu tidak produktif dan cuma memicu polemik berkepanjangan yang tidak menjanjikan apa-apa.
Shohibul memuji keberanian Mahfud MD menyelenggarakan sayembara yang menantang setiap orang yang dapat membuktikan dirinya pernah mempermasalahkan Bendera Tauhid terkait dengan Radikalisme dan organisasi radikal, dengan imbalan Rp 10 juta.
Baca berita terkait: Jumlah Hadiah Tantangan Prof Suteki kepada Prof Mahfud Naik jadi Rp 11.350.000
Di tengah ketidak-tahuan (social ignorance) yang bercampur dengan niat kurang baik yang meluas di kalangan tertentu atas peran dan posisi umat Islam Indonesia saat ini, apalagi di tengah proses Joko Widodo tengah berusaha menyusun kabinet, sayembara Mahfud MD memang sangat bermakna.
“Tetapi saya nilai itu sangat tidak cukup menjawab masalah. Daripada berakhir dengan polemik berkepanjangan, saya minta dengan hormat tutuplah sayembara itu. Reaksi bisa meluas dan tak akan menjanjikan apa-apa,” ujar Koordinator Umum n’Basis (Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya) ini di Medan, Rabu (14/8)
Lihat saja, kata Shohibul, tantangan yang diajukan Prof Dr Suteki SH MHum, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, agar Mahfud MD bersedia menyandang bendera bertuliskan kalimat Tauhid di pundaknya, seperti yang pernah ia lakukan.
Tentulah Prof Dr Suteki SH MHum tidak sedang mempermasalahkan apakah Prof Mahfud MD pernah mempermasalahkan Bendera Tauhid.
“Menurut saya ia hanya ingin megingatkan bahwa masalah bangsa ini tidak sesederhana yang disayembarakan Mahfud MD,” kata Shohibul
Kemudian, dari pada ribut berpolemik tentang sayembara, Shohibul justru minta dengan hormat agar Prof Dr Mahfud MD bersedia menyelenggarakan sebuah diskusi nasional bertajuk “Meluruskan Kesalahfahaman Tentang Islam dan Keislaman di Indonesia”.
“Jika dapat, BPIP tempatnya berkiprah yang menjadi penyelenggaranya,” pungkasnya. (*)
Laporan: MRS